Senja menila
Rona awan memerah,
memasaki angkasa bertuah
dan angin yang dihela
Megah terpampang
Di muka segara berombak,
berlari dan beriak
Hampiri lalu pergi
Begitu tinggi
Ada sampan sedikit retak
Sudi berlaut,
setelah itu bertaut
Camar-camar menukik juga berteriak
Di atas nelayan lega menjala
Terus mendulang, agaknya tergesa
Nyiur hendak menegak
Melambai petang serempak
Jakarta, 3 Mei 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar