Minggu, 11 Desember 2011

Dari Statenlaan 255

Seperti kota mati, kabut hadir kemari
Dedaun berjatuhan di trotoar Statenlaan

Ini malam tanpa suara
Bisu, setan-setan enggan berpesta
Setelah tuntas semalaman berlupa
Wajah kuyu dan tenaga dihempas udara

Aku mau denting piano, gitar, dan nada-nada
Bukan lampu yang berpendar, tak kuasa membawa cahaya
Aku mau lembaran cerita
Tentang cinta, sahabat, dan cita-cita
Atau bisingnya tawa Durstedelaan, dilemparkan di ruang kita

Dulu matahari sering muncul menghidupkan hari
Berbagi cercah kepada mereka yang mengejar mimpi
Sebelum tinggi melayang tak berpesan berpandang
Sembunyi dibalik waktu dan menerawang

Burung-burung enggan bersarang, mencuri hijau yang kembali hilang
Kelabu datang mengarak udara, merampas segala yang kita pegang
Tiba menyisip apartemen dan sepeda, hawa yang jatuh dibawah satu
Dada mendegup detak, berdiam diri meregang beku

Bawakan ku Bandung, Denpasar, Jakarta!
Adzan, teh seduh, pasar, dan toko buku tua
Dan manusia yang lelah menunggu disana
Hidupkan kota kita! Sampai jiwa bangkit dari peraduannya

Ini malam tak berpejam, sebentar pagi kembali mengetuk hari
Cahaya masih tenggelam, rona kota masih melari
Aku tidak peduli, tubuh yang ada untuk menerjang hidup lagi
Aku tidak peduli, selamat datang kini!

Tilburg, Belanda, 28 November 2011

Tidak ada komentar: