Pada akhirnya sang raja jatuh di penghujung hari
Yang bernama matahari, yang melepuhkan padangpadang berkesendiri
Berlelah-lelahlah, setelah teriknya siang menyinari diri
Bergetar-getarlah, senja ini kita menangkan lagi
Ini jalan panjang
Menutup duka dan makna-makna hidup yang terbilang
Aku mau lihat bulan datang, bebintang gemelintang
Juga kecipak ribuan diri, di tepi sungai-sungai sepi
Berkesiap atas nama jiwa yang berkenang mati
Aku dengar panggilan-panggilan Tuhan
Bahasa yang diatasnya langit dijunjung
Menghempaskan debu-debu berpenuhkan doa
Bentang membentang dari sisi samudera hingga gunung-gunung jingga
Aku lihat derap-derap kaki kita
Juga tubuh yang berlumur dosa, sekian lama
Aku cium wewangian dari rentetan tubuh yang meminta
Merebakkan rona dan terbelaskasih oleh udara
Ini malam panjang
Bagi mereka yang meratap dan mengiba
Syurga akan datang
Ditengah manusia yang bertempur dengan gelapnya jiwa
Sementara doa-doa sibuk beterbangan
Diantara airmata yang jatuh
Mengharum semalaman dipangkuan
Melecutkan diri, menjulang tinggi diatas nanti
Sebentar lagi fajar akan mampir kemari
Aku sudah bosan dengan udara bertuba
Di surau tua, lahirlah sujud-sujud ini
Desau surat-surat-Nya, ibarat memerdekakan angkasa
Hingga hitam bukan hitam lagi
Dan putih (senantiasa) terlukis disini
Aku seperti pesujud larut
Aku adalah penyerah diri
Aku mau berpulang lagi
Ramadhan menyelimuti kini
Hari suci memendarkan lagi
Tuhan, gugurkan segala pedih peri
Batam, 14 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar