Minggu, 31 Juli 2011

Sepenggal Cita-Cita II

Hai!
Gw lanjutin curhatan yang kemarin ya. Sudah beberapa minggu berlalu sejak pengumuman beasiswa S2 dari Kominfo dan gw ngirim berkas ke Tilburg University yang menyatakan bahwa gw dapet beasiswa dari pemerintah Indonesia. Gw berharap semoga masih bisa dipertimbangkan kembali mengenai kesempatan gw untuk melanjutkan studi di Tilburg University, karena sumber pembiayaannya sudah jelas dari pemerintah. Sementara menunggu kabar, gw pun menyiapkan hal-hal yang perlu dibawa untuk undangan briefing pra-keberangkatan di gedung kementerian di bilangan Medan Merdeka Barat.

Pada akhirnya tibalah hari Senin yang sudah berbulan-bulan gw tunggu. Hari dikumpulkannya seluruh calon penerima beasiswa Kominfo yang seluruhnya berjumlah 61 kandidat. Tak lama kemudian BlackBerry gw menerima email masuk. Sebuah tulisan jelas yang berbunyi:

"Dear Nalendra,
I am sorry it took so long, but both me and my colleague Alejandra have been in Canada for a week.

We looked over the application one more time and since you have a high GPA and a good IELTS score, we will exempt you from the minimum GMAT score.

This means that you have been unconditionally admitted to the MSc program in Strategic Management. Congratulations."

Pagi itu gw rasanya seperti seorang pemilik rumah yang mendengar pintu rumahnya diketuk seseorang dan digerojokin ribuan batangan emas. Serius! Gw rasa saat itu adalah salah satu momen terindah sepanjang tahun 2011 ini. Gimana engga? Acceptance letter dari Tilburg University itu adalah kunci gw mendapatkan beasiswa Kominfo. Tangan gw ngga berhenti bergetar dan saat itu gw sampai bingung mau jawab apa. Gw akhirnya berhasil mengawinkan beasiswa Kominfo dengan surat penerimaan calon mahasiswa dari Tilburg University. Gw akan berangkat ke Belanda tahun ini dengan beasiswa!


**** *****


Senin, 18 Juli 2011, 09.00 WIB, gw tiba di ruangan rapat di gedung Kominfo. Saat itu belum ada yang hadir karena briefing baru akan dilaksanakan jam 10.00WIB.

Kemudian satu persatu calon penerima beasiswa mulai berdatangan hingga lengkap. Tepat jam 10.00 WIB, beberapa pejabat eselon 1 Kominfo pun duduk dengan manisnya di ujung meja rapat yang berbentuk U. Acara pagi itu dimulai dengan sambutan Bapak Azirman Djusan selaku Kabalitbang Kominfo. Ketika tiba di pengarahan mengenai pelaksanaan masa studi, beliau mengeluarkan pernyataan yang begitu menohok sebagian orang di ruangan tersebut.

"Kami telah bekerja sama dengan beberapa universitas di negara Belanda, Jepang, Korea, Australia, dan Jerman. Khusus bagi negara Belanda, kami bekerja sama dengan Twente dan Delft University. Bagi kalian yang diterima diluar kedua universitas tersebut akan coba kami arahkan ke universitas di Jepang dan Korea. Yang telah diterima di Eindhoven, Tilburg, dan HAN University mohon bisa dilupakan saja. Ini telah menjadi kebijakan final," ujar beliau ringkas.

JEGLEEEEEERRRRRRR! Halilintar dengan muatan listrik terbesar meledak di dalam otak gw! Memecut-mecut ke segala penjuru kepala sehingga gw kurang begitu bisa mengingat hal-hal lain yang beliau sampaikan. Di lain kata, rasanya seperti gw dibuat senang hingga melayang, setelah itu dibanting jatuh begitu keras. Beberapa calon penerima beasiswa yang lain pun mulai menanyakan hal-hal tersebut dan tetap direspon dengan jawaban yang sama.

"Keputusannya sudah final dan bagi kalian yang mau mendapatkan informasi lebih jauh, silakan hubungi liaison officer", elak beliau.

Terlihat banyak sekali raut muka di ruangan itu menjadi merah padam dan kebingungan. Ada beberapa teman baik gw -mereka yang diterima di Eindhoven, Tilburg dan HAN- yang malah sudah mengurus deposit, housing, dsb namun harus menghadapi pernyataan yang tidak bertanggung jawab dari kementerian ini.

Coba dibayangkan, tes akhir beasiswa Kominfo dilaksanakan pada bulan April. Tanpa ada informasi secuilpun, kami dibiarkan menunggu begitu lama mengenai kabar beasiswanya hingga pada minggu kedua bulan Juli pun masih nihil. Begitu banyak teman gw yang merasa 'ditelantarkan' karena harus segera membayar uang sekolah ke universitasnya dan urusan-urusan lainnya yang idealnya harus selambat-lambatnya diselesaikan per 1 Juli 2011. Lalu mereka, tanpa informasi apapun sebelumnya, memberi kabar mengenai bahwa hanya bekerjasama dengan 2 universitas di Belanda dan tidak dapat menerima calon mahasiswa di 3 universitas lainnya.

Gw tidak mengerti sepenuhnya mengapa harus ada ketidakjelasan informasi seperti ini. Ada begitu banyak pertanyaan di benak gw. Mengapa tidak diberitakan jauh-jauh hari sebelumnya? Sehingga para calon penerima dapat mencari sumber pendanaan lain di waktu yang sangat mepet. Kalau memang program kerjasamanya belum disepakati, mengapa harus ditulis tiga nama universitas dalam daftar sekolah pilihan di formulir beasiswa Kominfo? Kenapa malah calon penerima tersebut harus dialihkan (bukan hanya diarahkan) ke Jepang dan Korea? Kenapa, kenapa, dan kenapa???

Apakah mereka tidak tahu bahwa memilih universitas itu tidak seperti memilih maskapai penerbangan Jakarta-Bali? Situasi yang jika Garuda Indonesia tidak ada, maka dapat memilih Lion Air, Batavia Air, dsb. Tidak! Gw (atau kami) perlu riset yang relatif panjang dalam memilih sekolah lanjutan. Pertimbangannya adalah di negara apa yang melanjutkan studi, di universitas apa, mengambil jurusan apa, berapa lama, sumber pembiayaannya darimana, dan pertimbangan penting lainnya. Mempertimbangkan hal tersebut butuh waktu dan pengetahuan. Tidak semudah mengalihkan 'Belanda ke Jepang-Korea".

Keesokan harinya (hari Selasa) gw mendatangi gedung Kominfo di ruangan tim pengembangan sumber daya manusia - bagian yang mengurusi beasiswa luar negeri. Gw bertemu dengan salah satu personilnya jam 10.0o pagi.

"Pagi mba! Ko cuma sendirian? Yang lain pada dinas keluar ya?", kata gw.
"Pagi! Oh, engga. Pada belum datang. Ada yang bisa saya bantu?", katanya.

Gw kaget. Bagaimana bisa gedung kementerian bagian sumber daya manusia pada pukul 10 pagi hanya satu orang yang datang? Lantas gw lanjutkan pembicaraannya.

"Begini mba, saya ingin menanyakan apakah memang sudah final keputusannya bahwa mereka yang diterima diluar universitas Twente dan Delft akan dialihkan ke Jepang-Korea?", tanya gw.

"Benar mas. Itu kebijakannya sudah final.", ujarnya enteng.

"Begini mba, saya memperjuangkan universitas dan beasiswa Kominfo ini ngga semudah membalik telapak tangan. Saya melepas pekerjaan saya (karena bertempat di Sumatera) dan sudah banyak berkorban materi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk untuk tes GMAT, IELTS, kirim dokumen, dsb. Apakah tidak bisa dipertimbangkan ulang mengenai ketentuannya?", gw bertanya detil.

"Oh ini memang sudah diputuskan demikian. Maklumlah institusi ini. Ini memang keputusan yang mendadak. Pasrahin aja ya mas. ", sambut si mbak itu.

Gw termenung mendengarkan segala bentuk respon si mbak tersebut. Lugas, singkat, padat, tidak solutif, dan terkesan begitu apatis. Sungguh luar biasa kantor kementerian ini memberikan citra yang begitu buruk untuk seorang rakyat seperti gw.

"Mba, kalau memang tidak bisa bantu mengenai kebijakan. Paling tidak tolong sampaikan segala masukan saya ke tim. Paling tidak suara saya bisa didengar. Saya kan termasuk rakyat. Kemana lagi saya harus mempercayakan hal ini kecuali sama institusi kementerian ini" gw bilang.

"Coba di-email saja mas...", jawabnya.

Gw tau betul ini adalah senjata terakhir jika sudah bingung menjawab pertanyaan. Semua diarahkan ke email. Semua calon penerima tahu bahwa hampir mustahil pihak Kominfo menjawab pertanyaan via email.

Ada begitu banyak detil yang sebenarnya dapat diceritakan dan hampir semuanya mengecewakan. Rasanya seperti berbicara sia-sia. Sekaligus disia-siakan kantor kementerian yang semestinya melayani publik dengan baik. Namun apa yang gw dapat? Ketidakjelasan dari segi apapun. Dimulai dari keputusan, cara berkomunikasi, informasi, hingga integritas. Saya tidak melihat pencitraan tersebut terlihat dari satu orangpun disana.

Gw mencoba memikirkan lagi. Apakah memang harus mengambil Korea University untuk melanjutkan studi. Gw sempat 'mengintip' program studinya melalui dan tidak ada satupun yang mengarah ke strategic management. Sama saja dengan mengubur mimpi dan melanjutkan hidup ke sesuatu yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Tidak tahu medan perang. Tidak memiliki arah. Kalaupun diambil, seakan-akan gw menjadi oportunis. Esensinya, gw butuh ilmunya bukan hanya kesempatan gratisnya.

Berhari-hari gw menekuri kejadian ini dan mulai bimbang dengan kondisinya. Mimpi gw adalah melanjutkan studi ke universitas yang gw inginkan di Belanda dengan beasiswa. That's it! Tidak ada Korea, Jepang, bahkan Amerika sekalipun.

Perlahan-lahan tetap gw jalani hari-hari seperti sediakala. Mencoba mencari kesempatan beasiswa lain dengan waktu yang semakin menipis ini. Saat itu sudah memasuki minggu terakhir bulan Juli. Sebentar lagi Agustus dan masa perkuliahan akan dimulai per 1 September. Visa, residence permit, tidak mungkin dapat diurus dengan kondisi yang begitu absurd seperti sekarang. Gw hanya berdoa dan meminta pengertian dari orang tua. Bahwa memang ada jalan lain yang lebih baik yang harus gw tempuh dan itu bukan melalui beasiswa Kominfo.



**** *****


Selasa, 26 Juli 2011, 11.30 WIB. Gw mendatangi gedung Kementerian Pendidikan Nasional untuk mencari informasi mengenai Beasiswa Unggulan. Berkas-berkas untuk melamar beasiswa tersebut sudah lengkap gw bawa. Gw menunggu di salah satu ruangan lantai 6 di gedung C Kemdiknas. Gw tidak kenal siapapun, tidak tahu mengenai apapun mengenai proses beasiswa kementerian ini.

"Bagaimana mas, ada yang bisa saya bantu?", sapa seorang karyawan yang mengurusi beasiswa. Orangnya begitu ramah

"Terima kasih mas, saya mencari beasiswa untuk melanjutkan studi S2 ke luar negeri. Ini berkas-berkas saya. Kira-kira berapa lama ya saya harus menunggu hingga menerima informasi mengenai status aplikasi saya?", gw bertanya rinci.

"Oh ini berkasnya sudah sangat lengkap mas. Mungkin bisa langsung bertemu Pak AB Susanto, buat berdiskusi sama beliau", ujarnya memberikan informasi.

"..........................Baik terima kasih mas", lalu gw terdiam. I definitely had no idea about what was going to happen.


**** ****

Pukul 13.30 WIB, masih di gedung Kementerian Pendidikan Nasional. Setelah berdiskusi selama beberapa belas menit dengan pihak pengelolan beasiswa kementerian.


"Jadi saya dipastikan sudah masuk ke program Beasiswa Unggulan ini pak? Ke Tilburg University", tanya gw.

"Iya, selamat ya! Sekarang kamu boleh mengurus segala keperluan administrasi keberangkatan seperti visa, dll", Pak AB Susanto sembari menggenggam erat tangan gw.

"....................................................................", gw tanpa kata-kata


Sudah sekitar 5 hari berlalu sejak gw dinyatakan secara gentleman agreement berhak menerima Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan Nasional. Rasanya seperti memiliki udara untuk bernafas kembali setelah dicekik oleh ketidakjelasan Kominfo. Gw baru pertama kali bertemu dengan Pak AB Susanto dan dia seakan-akan menjadi malaikat yang diturunkan Tuhan untuk membantu gw. Membantu gw mewujudkan mimpi studi ke luar negeri.

Gw pun sama sekali tidak tahu kapan dana beasiswa akan segera turun. Namun setidaknya gw mendapatkan sumber nafas baru untuk menghadapai hidup yang penuh dengan ketidakpastian. Rezeki? Itu pasti. Gw percaya betul bahwa ini adalah jalan lain yang telah disiapkan Tuhan untuk gw ambil. Untuk saat ini, sepertinya ini merupakan gerbang masuk menuju mimpi indah tersebut. Rasanya segala jerih payah terbayar sudah. Segala kekecewaan perlahan mulai surut dan diisi oleh sel-sel optimisme baru yang memberikan energi lagi.

Gw tidak bisa membayangkan akan jadi seperti apa mengenai rencana S2 ini. Tetapi mimpi harus tetap dikejar. Seperti apapun lelahnya, kita tidak boleh berhenti mengejar. Itu adalah hal yang membuat gw tetap hidup. Gw menjadi salah satu orang yang masih memiliki mimpi. Tujuan hidup.

Sementara itu, gw lanjutkan hidup ini dengan langkah-langkah kecil yang realistis untuk dilakukan. Kecil. Setidaknya, gw semakin mendekati cita-cita.

God works in His mysterious way. God knows what you need, not what you want. Don't stop, because whenever you feel tired, you have God to reenergize you up. To the better future, we go!

Tidak ada komentar: