Rabu, 02 Februari 2011

Kingdom of Heaven

15 Januari 2009. Mereka adalah anjing-anjing yang memburu. Pemburu di saat matahari begitu terik membakar bumi. Sepanas batu-batu yang melepuhkan telapak kaki. Seganas partikel-partikel fosfor putih dari bom-bom yang melunakkan belulang. Mendingin seperti mayat-mayat yang mati beku di tengah malam Palestina dikungkung amarah para serdadu Israel. Why on earth, there should be such cruelty like we ever witnessed in Palestine? Inilah yang pernah disabdakan oleh Muhammad SAW pada salah satu hadits beliau: "...akan terjadi pembunuhan, pembunuhan...". Seluruh penduduk bumi menjadi saksi sejarah atas holocaust yang sesungguhnya di Gaza.

Saat inilah logika manusia normal dipermainkan. Pemerintah dari bangsa yang berteriak paling lantang tentang demokrasi dan penegakkan hak asasi manusia bertindak seperti bangsa primitif yang seakan-akan ditelanjangi ribuan tangan. Sebaliknya, bangsa yang kemungkinan besar tidak pernah mencatat suatu dosa pun di peradaban modern harus mengalami tragedi-tragedi yang destruktif. Penderitaan tanpa batas yang mendera golongan manusia bumi Palestina.


Inilah potret dari jatuhnya moral suatu bangsa. Israel yang diklaim sebagai salah ras berperadaban paling maju, ternyata menampakan sisi lain yang paling biadab. Membombardir jantung empati manusia-manusia di Gaza dengan bom-bomnya yang meledak di sisi-sisi jalan, tank-tanknya yang menggilas anak-anak hingga tubuhnya hancur berantakan, peluru-peluru senapan mesin yang ditembakkan menembus tubuh para warga sipil yang berguguran di jalan-jalan berserakan dan trauma perang yang harus dihadapi oleh anak-anak korban.

Mereka akan menjadi seperti debu-debu yang beterbangan. Setiap nyawa yang tercabut akan menyisakan seribu dendam dari para pejuang yang suatu hari nanti akan berbalik menyerbu mereka. Menyerbu tiap-tiap serdadu Israel yang menembakkan roket-roket penghancur, memunahkan para tentara Israel yang menghabisi manusia dengan melepaskan puluhan peluru ke satu badan warga sipil, meledakkan kepala para komandan kesatuan militer Israel yang memerintahkan untuk menerbangkan bom-bom yang berjatuhan, membakar Ehud Olmert hingga mendidih kepalanya.

Aku rasa semua dapat melihat siapa pantas mendapat predikat pahlawan yang sesungguhnya. Bukan mereka dari pasukan artileri Israel yang berlaga seperti hero-hero yang melindungi tanah tuannya, bukan seperti pasukan-pasukan yang berdansa menghindari rentetan peluru yang ditembakkan ke arah mereka, bukan juga dari mereka yang duduk melingkar di atas kursi perundingan membahas gencatan senjata atas nama bangsa-bangsa. Tetapi sebenar-benarnya pahlawan adalah para ibu yang masih memeluk anak-anak mereka walaupun bersimbah darah di kepala, para ayah yang senantiasa bercanda menghibur anak-anak di tengah jalur-jalur peluru dan letupan bom di udara, para petugas medis yang rela bertaruh nyawa demi kelanjutan satu nyawa yang belum tentu dipanjangkan oleh Tuhan, dan para pemuda yang menangis sedu sedan sembari mengangkat jenazah saudaranya dari reruntuhan bangunan.

Akan tiba suatu hari nanti, bengisnya para agresor Israel akan dibalas dengan azab Tuhan yang pedihnya tidak terkira. Tubuh-tubuh mereka akan tampak seperti daun-daun yang berguguran, setelah itu dibakar sepenuhnya oleh api-api yang ditujukan pada mereka. Kingdom of Heaven. Biarkan Tuhan menjalankan keadilan-Nya suatu saat nanti, biarkan Tuhan merubah apa yang ingin Dia ubah dan melindungi apa yang ingin Dia lindungi. Kami manusia hanya bisa memerangi tirani. Dan kembali tersenyum lagi suatu hari nanti karena apa yang telah Tuhan bahasakan adalah benar.

Tidak ada komentar: