Jumat, 17 Juni 2011

Pesta Kecil 2,958mdpl

Minggu, 8 Mei 2008 – Aku bersama sembilan orang teman pendaki lainnya melakukan pendakian menuju puncak gunung Gede, Jawa Barat. Puncak Gede berapa di 2,958 mdpl (baca: meter diatas permukaan laut). Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango adalah salah satu tujuan wisata paling indah di kawasan Jawa Barat. Lokasi ini memiliki ± 3 jalur pendakian resmi yaitu Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana. Kami memilih jalur Cibodas sebagai starting point.


Kabut dan hujan rintik-rintik menyelimuti kami sepanjang jalan. Basah dan dingin. Kami melewati banyak sekali objek wisata di jalur pendakian ini. Sebut saja, Telaga Sunyi, Mata Air Panas, dan lokasi-lokasi kamp. Sudah lebih dari tujuh jam kami berjalan mendaki dengan membawa beban 40 liter dicarrier. Tubuh begitu lelah rasanya dan kedua kakiku sudah berkali-kali kesemutan. Pundakku terasa pegal akibat barang bawaan yang kelewatan beratnya. Jemariku mati rasa akibat hawa dingin. Tak terbayangkan bagaimana alam pendakian menguras energiku hingga hampir mencapai titik nol. Ingin sekali lekas sampai di lokasi kamp terdekat dari puncak yang bernama Kandang Badak. Aku hanya ingin duduk di dekat perapian dan menikmati hidangan apa adanya bersama teman-temanku.


Beberapa jam berselang, akhirnya aku dan tim tiba di kamp pada pukul 17.50 WIB. Hujan sudah berhenti namun kabut masih setia menemani setiba kami di lokasi. Kami mendirikan tenda beberapa meter dari sungai kecil dan mulai mempersiapkan api dan bahan makanan untuk dimasak. Temperatur menunjuk titik 12oC dan uap air terhembus dari mulut kami setiap kali kami bernafas. Jaket tebal dan syal yang membalut leher kami hampir tak dapat menahan udara dingin yang menusuk tulang. Kami duduk membuat lingkaran dan mulai menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk santap malam.


Kami mengeluarkan beberapa bungkus Indomie dari carrier masing-masing. Bungkus Indomie Goreng putih dan Indomie Rebus Rasa Ayam Bawang coklat akhirnya ‘dilepaskan’ juga dari sarangnya setelah terhimpit barang-barang lainnya di carrier. Kami membuat 3 perapian lengkap dengan nesting atau semacam panci kecil diatasnya. Satu perapian untuk memasak kopi dan dua perapian untuk Indomie. Air dididihkan dan kami gelontorkan lembaran-lembaran Indomie kedalamnya. Uap panas mengepul sementara Indomie tersebut tenggelam dalam buih yang semakin tebal. Kami memasukkan semua bumbu garam di nesting yang berisikan Indomie rebus dan diaduk seluruhnya. Di nesting sebelah, teman-temanku sedang meniriskan Indomie goreng dan mulai mencampurkan bumbu garam, kecap dan saus sambal di piring plastik. Air liurku sudah mengalir deras selama aku memasak Indomie tersebut. Terlihat beberapa temanku juga berkali-kali menelan ludah sembari mengaduk mie rebus di nesting. Dari aroma saja sudah bisa membunuh rasa lelah kami yang berjam-jam mendaki.


Sampailah kita pada santap malam dengan dua hidangan istimewa para pendaki! Indomie goreng dan rebus yang dimakan bersama langsung dari nesting-nya. Kami duduk melingkari perapian sambil menyeruput kuah Indomie rebus yang diedarkan pertama oleh salah seorang teman. Setelah itu menyusul Indomie gorengnya. Kami tambahkan 2 kaleng korned yang diaduk bersama Indomie tersebut. Kami harus membagi Indomie tersebut untuk 10 orang, sehingga kami merasa kurang di setiap suapannya. Bunyi sssshhhlllrrrrpppp di setiap seruputannya membuatku seperti ingin merampok jatah teman sebelah. Suara gemeretak geraham yang sedang menggilas bawang Indomie goreng pun semakin membangkitkan egoisme makanku lebih dari yang lain. Dinginnya udara dan lelahnya tubuh hilang seketika.


Sepiring rame-rame!”, sahutku.

Mau kuahnya lagi dong!”, ujar temanku yang lain sembari senyum-senyum dan menyeruput kuah hangatnya.

Gw baru dua suap nih…”, kata salah seorang yang pura-pura tidak kebagian.


Dingin, gelap, sunyi, pecah seketika oleh bias-bias cahaya perapian masak Indomie yang dimakan ramai-ramai dan berputar dari tangan ke tangan. Tidak ada momen yang lebih indah daripada menghabiskan malam di pegunungan bersama teman-teman sambil nyeruput Indomie sebelum tidur. Setelah pesta kecil tersebut kami beristirahat di tenda masing-masing. Beberapa bungkus Indomie masih aman tersimpan di carrier kami. Esok hari adalah tantangan lain. Medan pendakian akan semakin berat dan curam mendekati puncak. Sudah kami rencanakan untuk mengulang kesenangan tersebut setibanya di atas.


*** ***


Keesokan harinya, kami berhasil muncak! Pesta kecil kali ini dilaksanakan diatas awan. Di puncak Gede.Juga bersama Indomie, teman terbaik dalam petualangan kami.


NB: Iseng-iseng nulis Cerita Indomie, siapa tau.......

Tidak ada komentar: